Makalah Kimia Pembuatan Larutan
MAKALAH
KIMIA
PEMBUATAN
LARUTAN
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Kimia)
Disusun oleh :
MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) SUKAMANAH
SUKARAPIH SUKARAME
TASIKMALAYA
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat dan karunianya sehingga makalah Kimia Dasar tentang kelarutan
dapat diselesaikan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas mata
kuliah Kimia .
Pada kesempatan kali ini kami tidak lupa menyampaikan
rasa syukur dan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama
penyusunan makalah ini terutama untuk guru Mata Kuliah Kimia dan pihak-pihak yang
telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada kami.
Dengan penuh kesadaran bahwa tidak ada yang sempurna
didunia ini melainkan Allah SWT, maka makalah ini pun tidak luput dari segala
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat memperbaiki, menyempurnakan, dan mengembangkan makalah
ini sangat kami harapkan.
Kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tanpa kita
sadari, selama ini kehidupan kita sangat berkaitan dengan zat kimia yang dapat
kita temui dalam berbagai macam bentuk. Salah satunya dalam larutan yang akan
dibahas lebih jauh dalam makalah ini. Misalnya garam dapur atau Natrium Klorida
(NaCl). Selain memperkaya rasa masakan ternyata garan dapur (NaCl) yang kita
kenal selama ini mempunyai kegunaan lain. Ternyata garam dapur (NaCl) dalam
bentuk larutan jika disambungkan dengan power supply dapat menghantarkan arus
listrik dan membuat lampu menyala.
Demikian juga
halnya dengan larutan-larutan lainnya, misalnya air suling, larutan gula, asam
asetat, amonia, asam sulfat, asam klorida, natrium klorida, natrium hidroksida,
dan masih banyak lagi. Secara garis besar larutan dibagi menjadi dua yaitu
larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Larutan elektrolit dibagi lagi
menjadi dua yaitu elektrolit kuat dan elektroit lemah. Dan untuk selengkapnya
akan dibahas pada bab selanjutnya.
2. Rumusan Masalah
a) Sifat
dasar larutan
b) Jenis-jenis
larutan
c) Kelarutan
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
3. Tujuan
Untuk menambah
wawasan mengenai larutan, apa saja jenis-jenisnya, dan apa saja yang menjadi
faktor dalam perubahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sifat Dasar Larutan
Larutan adalah
campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat
atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah.
Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati
adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Komponen
larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).
Pelarut adalah medium bagi zat terlarut yang dapat berperan serta dalam reaksi
kimia dalam larutan atau meninggalkan larutan karena pengendapan atau
penguapan. Dan uraian mengenai gejala ini memerlukan komposisi larutan.dan
berdasarkan daya hantarnya larutan dibagi menjadi larutan elektrolit dan non
elektrolit.
2. Komposisi Larutan
Ada beberapa
cara untuk menyatakan komposisi larutan. Yaitu dengan Presentase massa/ persen
bobot : presentase berdasarkan massa suatu zat dalam larutan. Dalam kimia yang
paling bermanfaat menyatakan komposisi adalah fraksi mol, molaritas, dan molalitas.
Dan untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada pembahasan konsentrasi larutan.
3. Jenis Larutan
Larutan
berdasarkan daya hantarnya dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit.
a. Larutan Elektrolit
Larutan
elektrolit adalah larutan yang bisa menghantarkan arus listrik. Pada larutan
ini dibedakan menjadi elektrolit kuat dan elektrolit lemah
• Elektrolit
Kuat
Larutan
elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat,
karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah
menjadi ion-ion (alpha = 1).
Yang tergolong
elektrolit kuat adalah:
·
Asam-asam
kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
·
Basa-basa
kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH,
Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan
lain-lain.
·
Garam-garam
yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan
lain-lain.
Partikel-partikel
yang ada di dalam larutan elektrolit kuat adalah ion-ion yang bergabung dengan
molekul air, sehingga larutan tersebut daya hantar listriknya kuat. Hal ini
disebabkan karena tidak ada molekul atau partikel lain yang menghalangi gerakan
ion-ion untuk menghantarkan arus listrik, sementara molekul-molekul air adalah
sebagai media untuk pergerakan ion. Misalnya HCl dilarutkan ke dalam air, maka
semua HCl akan bereaksi dengan air dan berubah menjadi ion-ion dengan persamaan
reaksi berikut:
HCl (g) +
H2O ( l ) ⎯→ H3O+(aq) +
Cl− (aq)
Reaksi ini
biasa dituliskan:
HCl (aq) ⎯→ H+(aq) + Cl− (aq)
• Elektrolit
Lemah
Larutan
elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga
derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.
Yang tergolong
elektrolit lemah:
·
Asam-asam
lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain
·
Basa-basa
lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
·
Garam-garam
yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain
Misalnya CH3COOH
dilarutkan ke dalam air, maka sebagian CH3COOH akan terion dengan
persamaan reaksi seperti berikut:
CH3COOH (s) +
H2O ( l ) ⎯→ H3O+ (aq) +
CH3COO− (aq)
CH3COOH
yang terion reaksinya biasa dituliskan:
CH3COOH (aq) ⎯→ H+ (aq) + CH3COO− (aq)
Ion-ion yang
telah terbentuk sebagian bereaksi kembali membentuk CH3COOH,
sehingga dikatakan CH3COOH yang terion hanya sebagian. Reaksinya
dapat dituliskan:
CH3COOH (aq) ⇔ H+ (aq) + CH3COO− (aq)
Partikel-partikel
yang ada di dalam larutan adalah molekul-molekul senyawa CH3COOH
yang terlarut dan ion-ion H+ dan CH3COO−.
Molekul senyawa CH3COOH tidak dapat menghantarkan arus listrik,
sehinggga akan menjadi penghambat bagi ion-ion H+ dan CH3COO− untuk
menghantarkan arus listrik.
b. Larutan non
elektrolit
Larutan non-
elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena
zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak
meng-ion).
Tergolong ke
dalam jenis ini misalnya:
-
Larutan urea
-
Larutan sukrosa
-
Larutan glukosa
-
Larutan alkohol dan lain-lain
Ada 2 reaksi
dalam larutan, yaitu:
a) Eksoterm,
yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari
campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang
bersangkutan akan turun.
b) Endoterm,
yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi
akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan
naik.
Berdasarkan
jenuh atau tidaknya larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Larutan
tak jenuh yaitu larutan yang mengandung zat terlarut (solute) kurang
dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain,
larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi
(masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b) Larutan
jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah zat terlarut (solute)
yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan pelarut (solute) padatnya.
Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi
apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c) Larutan
sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak
zat terlarut (solute) daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau
dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut (solute)
sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan
sifat kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Larutan
pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak zat terlarut (solute)
dibanding pelarut (solvent).
b) Larutan
encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit zat terlarut (solute)
dibanding pelarut (solvent).
4. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah tertentu larutan.
Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen) atau ppm (part
per million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia konsentrasi larutan
dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N).
a) Persen massa (% b/b)
Persen massa
menyatakan perbandingan massa zat terlarut (solute) terhadap massa
larutan
% Solute
= 100 %
b) Persen volum (% v/v)
Persen volum
menyatakan perbandingan zat terlarut (solute) terhadap volum larutan
% solute
= 100 %
c) Persen massa/volum (% b/v)
Persen massa
per volum menyatakan perbandingan massa zat terlarut (solute) terhadap
volume larutan
% 100
%
d) Persen volum/massa (% v/b)
Persen volum
per massa menyatakan perbandingan volum zat terlarut (solute) terhadap
massa larutan
% 100
%
e) Molaritas (M)
Molaritas
menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan
M
= x
f) Molalitas (m)
Molalitas
menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilo gram (1000 gram) pelarut.
m
= x
g) Normalitas (N)
Normalitas
menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan.
N
= x n x
h) ppm
ppm menyatakan
massa (Mg) zat terlarut (solute) dalam tiap Kg larutan
ppm =
5. kelarutan
Larutan jenuh
adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk
adanya kesetimbangan antara zat terlarut (solute) yang
terlarut dan yang tak terlarut. Banyaknya zat terlarut (solute)yang
melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan
jenuh disebut kelarutan(solubility) zat itu. Kelarutan umumnya
dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram
pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram
per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble).
Jika jumlah
zat terlarut (solute) yang terlarut kurang dari
kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh(unsaturated). Larutan
tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika
jumlah zat terlarut (solute) yang terlarut lebih banyak dari
kelarutannya, maka larutannya disebut lewat jenuh(supersaturated).
Larutan lewat jenuh lebih pekat daripada larutan jenuh. Larutan lewat jenuh
biasanya dibuat dengan cara membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih
tinggi. Pada cara ini zat terlarut harus mempunyai kelarutan yang lebih besar
dalam pelarut panas daripada dalam pelarut dingin. Jika dalam larutan yang
panas itu masih tersisa zat terlarut yang sudah tak dapat melarut lagi, maka
sisa itu harus disingkirkan dan tidak boleh ada zat lain yang masuk. Kemudian
larutan itu didinginkan hati-hati dengan cara didiamkan untuk menghindari
pengkristalan. Jika tidak ada solute yang memisahkan diri
(mengkristal kembali) selama pendinginan, maka larutan dingin yang diperoleh
bersifat lewat jenuh. Larutan lewat jenuh yang dapat dibuat dengan cara ini
misalnya larutan dari sukrosa, natrium asetat dan natrium tiosulfat (hipo).
Larutan lewat
jenuh merupakan suatu sistem metastabil. Larutan ini dapat diubah menjadi
larutan jenuh dengan menambahkan kristal yang kecil (kristal inti/bibit)
umumnya kristal dari zat terlarut (solute). Kelebihan molekul zat
terlarut (solute) akan terikat pada kristal inti dan akan
mengkristal kembali.
Kelarutan
senyawa logam biasa, yaitu senyawa logam golongan IA, IIA, IB, IIB, Mn, Fe, Co,
Ni, Al, Sn, Pb, Sb, Bi, dan NH4+ seperti pada tabel
berikut:
Senyawa
|
Kelarutan
|
Nitrat
|
Semua larut
|
Nitrit
|
Semua larut
kecuali Ag+
|
Asetat
|
Semua larut
kecuali Ag+, Hg22+, Bi3+
|
Klorida
|
Semua larut
kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Cu3+
|
Bromida
|
Semua larut
kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+
|
Iodida
|
Semua larut
kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Bi3+
|
Sulfat
|
Semua larut
kecuali Ba+, Sr2+, Pb2+, (Ca2+ sedikit
larut)
|
Sulfit
|
Semua tidak
larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Sulfida
|
Semua tidak
larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+,
Sr2+, Ca2+
|
Fosfat
|
Semua tidak
larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Karbonat
|
Semua tidak
larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Oksalat
|
Semua tidak larut
kecuali Na+, K+, NH4+
|
Oksida
|
Semua tidak
larut kecuali Na+, K+, Ba2+, Sr2+,
Ca2+
|
Hidroksida
|
Semua tidak
larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+,
Sr2+, (Ca2+sedikit larut)
|
Tabel 1.
Kelarutan beberapa senyawa dalam air.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat terlarut, jenis pelarut,
temperatur, dan tekanan.
a. Jenis Zat
Zat-zat dengan
struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan
zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling
bercampur (like dissolves like).
Senyawa yang
bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar
akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur
sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur
sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak
bercampur (completely immiscible).
b. Suhu
Kelarutan gas
umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air
dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air,
sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat
padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa
zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya
natrium sulfat dan serium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan
antara proses pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu
proses bersifat endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika
temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri Louis
Le Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan itu bergeser ke arah proses
endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya
bertambah pada temperatur yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan
bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi.
c. Tekanan
Perubahan
tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat. Perubahan
tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl
sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas
itu. Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas
yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus
dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang
berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen
dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya
dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan
pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air.
6. Sifat Koligatif Larutan
a. Sifat Koligati Larutan
Non-Elektrolit
Sifat larutan
berbeda dengan sifat pelarut murninya. Terdapat empat sifat fisika yang penting
yang besarnya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut tetapi tidak bergantung
pada jenis zat terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan sifat koligatif
larutan. Sifat ini besarnya berbanding lurus dengan jumlah partikel zat
terlarut. Sifat koligatif tersebut adalah tekanan uap, titik didih, titik beku,
dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik
beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik
didih pelarut murninya berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat
terlarut.
Larutan yang
bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan
larutan mendekati ideal hanya jika sangat encer.
a) Tekanan
Uap Larutan
Tekanan uap
larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarut murninya. Pada larutan ideal,
menurut hukum Raoult, tiap komponen dalam suatu larutan melakukan tekanan yang
sama dengan fraksi mol kali tekanan uap dari pelarut murni.
PA = XA . P0A
PA =
tekanan uap yang dilakukan oleh komponen A dalam larutan.
XA =
fraksi mol komponen A.
P0A =
tekanan uap zat murni A.
Dalam larutan yang
mengandung zat terlarut yang tidak mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile),
tekanan uap hanya disebabkan oleh pelarut, sehingga PA dapat
dianggap sebagai tekanan uap pelarut maupun tekanan uap larutan.
b) Titik
Didih Larutan
Titik didih larutan
bergantung pada kemudahan zat terlarutnya menguap. Jika zat terlarutnya lebih
mudah menguap daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih rendah), maka
titik didih larutan menjadi lebih rendah dari titik didih pelarutnya atau
dikatakan titik didih larutan turun. Contohnya larutan etil alkohol dalam air
titik didihnya lebih rendah dari 100 °C tetapi lebih tinggi dari 78,3 °C (titik
didih etil alkohol 78,3 °C dan titik didih air 100 °C). Jika zat terlarutnya
tidak mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile) daripada
pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih tinggi), maka titik didih larutan
menjadi lebih tinggi dari titik didih pelarutnya atau dikatakan titik didih
larutan naik. Pada contoh larutan etil alkohol dalam air tersebut, jika
dianggap pelarutnya adalah etil alkohol, maka titik didih larutan juga naik.
Kenaikan titik didih larutan disebabkan oleh turunnya tekanan uap larutan.
Berdasar hukum sifat koligatif larutan, kenaikan titik didih larutan dari titik
didih pelarut murninya berbanding lurus dengan molalitas larutan.
Δtb = kb . m
Δtb =
kenaikan titik didih larutan.
kb =
kenaikan titik didih molal pelarut.
m =
konsentrasi larutan dalam molal.
c) Titik
Beku Larutan
Penurunan
tekanan uap larutan menyebabkan titik beku larutan menjadi lebih rendah dari
titik beku pelarut murninya.
Hukum sifat
koligatif untuk penurunan titik beku larutan berlaku pada larutan dengan zat
terlarut atsiri (volatile) maupun tak-atsiri (nonvolatile).
Berdasar hukum tersebut, penurunan titik beku larutan dari titik beku pelarut
murninya berbanding lurus dengan molalitas larutan.
Δtf = kf . m
Δtf =
penurunan titik beku larutan.
kf =
penurunan titik beku molal pelarut.
m =
konsentrasi larutan dalam molal.
d) Tekanan
Osmose Larutan
Peristiwa
lewatnya molekul pelarut menembus membran semipermeabel dan masuk ke dalam
larutan disebut osmose. Tekanan osmose larutan adalah tekanan yang harus
diberikan pada larutan untuk mencegah terjadinya osmose (pada tekanan 1 atm) ke
dalam larutan tersebut. Hampir mirip dengan tekanan pada gas ideal, pada
larutan ideal, besarnya tekanan osmose berbanding lurus dengan konsentrasi zat
terlarut.
p = = M. R. T
π = tekanan
osmose (atm).
n = jumlah mol
zat terlarut (mol).
R = tetapan
gas ideal = 0,08206 L.atm/mol.K
T = suhu
larutan (K).
V = volume
larutan (L).
M = molaritas
(M = mol/L).
Jika tekanan
yang diberikan pada larutan lebih besar dari tekanan osmose, maka pelarut murni
akan keluar dari larutan melewati membran semipermeabel. Peristiwa ini disebut
osmose balik (reverse osmosis), misalnya pada proses pengolahan
untuk memperoleh air tawar dari air laut.
b. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Larutan
elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari hasil
perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit di
atas. Perbandingan antara sifat koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan
hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit,
menurut Van't Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbul i
(i = tetapan atau faktor Van't Hoff).
Semakin kecil
konsentrasi larutan elektrolit, harga i semakin besar, yaitu semakin mendekati
jumlah ion yang dihasilkan oleh satu molekul senyawa elektrolitnya. Untuk
larutan encer, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang dari 0,001 m, harga i
dianggap sama dengan jumlah ion.
Empat macam
sifat koligatif larutan elektrolit adalah:
a) Penurunan
tekanan uap,
ΔP = i.P0.XA
b) Kenaikan
titik didih
Δtb =
i.kb.m
c) Penurunan
titik beku
Δtf =
i.kf.m
d) Tekanan
osmose
p = =
i. M. R. T
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
·
Sifat
dasar larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom
ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau
komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam
sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan
mikroskop optis sekalipun.
·
Larutan
berdasarkan daya hantarnya dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit. Dan larutan elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu
larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Berdasarkan jenuh atau
tidaknya larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu larutan jenuh, larutan tak
jenuh, dan larutan kelewat jenuh. Berdasarkan sifat kualitatif, larutan dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu alrutan pekat dan larutan encer.
·
Banyaknya zat
terlarut (solute) yang melarut dalam pelarut yang banyaknya
tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat
itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut,
atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat
kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak
larut (insoluble). Dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
antara lain jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan tekanan.
DAFTAR PUSTAKA
· Chang
Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta. Erlangga
· DIS
Yusraini, Nurhasni. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I.
Jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
· Oxtobi,
Gillis, Nachtrieb.2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi ke Empat
Jilid 1. Jakarta ; Erlangga
· Petrucci
Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat
Jilid 2. Jakarta. Erlangga
diakses
tanggal 03 januari 2013
diakses 20
desember 2012
diakses
tanggal 04 januari 2013
Comments
Post a Comment